Takigawa Japanese Restaurant
Resto Jepang fusion franchise dari Jakarta ini sebenarnya telah buka di Medan sedari Januari tahun 2012, dan kami pun sudah mencicipi masakannya di masa awal pembukaannya, but let’s admit… it wasn’t a satisfying experience, considering franchise ini termasuk investasi yang besar namun dikecewakan oleh ekspektasi yang terlalu tinggi. Kami pun sepakat “Hey, Let’s give it a break.” Sebagaimana resto pada umumnya pada masa awal pembukaan lazim saja terjadi kesalahan di sana sini. Jadi kami putuskan untuk mereview resto ini di kunjungan berikutnya. And now…here we are, 1 tahun setelah kunjungan pertama kami, to see if something has changed.
Resto yang mengusung dua jenis masakan (Takigawa – Japanese , Meat Bar – Western) jika dibanding dengan kedatangan kita yang pertama kalinya, servis yang diberikan kali ini jauh lebih baik. We saw a lot more smiley faces. Dan pada kunjungan kali ini, kami hanya fokus ke Japanese foodnya.
Setelah kita berhasil men-secure tempat yang nyaman untuk bersepuluh, maka atas rekomendasi dari Juvenco yang thamciak (check out his work atsheerss.com) kami pun memesan beberapa menu yang telah mendapat predikat chef recommendation, karena terus terang menu disini sangat bervariatif, namun susunannya sedikit membingungkan dengan kosakata Jepang yang tidak kami begitu pahami plus minimnya foto makanan dengan ukuran yang kecil.
Lunch kita dimulai dengan EDAMAME, kacang polong Jepang yang distim sampai matang lalu ditaburi garam halus, merupakan pilihan tepat untuk membangkitkan selera makan. *sambil menunggu hidangan lain.
Selanjutnya WAKAME SALAD yang segar pun hadir dengan paduan saus mayonaise dan kecap jepang yang khas. Dalam hitungan detik sajian ini pun habis dilahap. It’s starting to warm up the appetite.
Pengalaman makan di restoran Jepang belum lengkap bila belum mencoba SAKE SASHIMInya atau lebih dikenal dengan salmon sashimi, yang datang ditemani oleh SALMON CARPACCIO – sajian ikan salmon sashimi dengan irisan yg lebh tipis berlapis saus vinegar dan telur salmon.
Next meal, CHANKO NABE. Spicy Korean sesame soup with slices of beef, rice noodle, jamur, tahu yang tidak begitu bersahabat dengan selera kami dengan sup yang sedikit asem pedas. Wait, “Korean”?
TAKIGAWA KAMAMESHI, campuran unagi, kepiting, salmon, scallop, udang dan ayam dalam mixed rice. Taste good, but not fantastic.
CHICKEN KATSU CURRY RICE, porsinya nasinya lumayan generous ternyata membuat saus karinya seolah-olah menjadi sedikit. Kami mengharapkan sesuatu disini, namun rasa sausnya tidak jauh berbeda dengan bumbu kari Jepang instan komersial yang biasa terjual dalam kotak.
TAKIGAWA ROLL, yang ini merupakan chef recommendation, and it tasted good. Quite a portion too. Rata-rata sushi yang datang ke meja kami selalu habis dengan perasaan puas.
Lalu yang menjadi perhatian ialah SCALLOP IN DYNAMITE, it’s unique… sushi yang berbentuk kecil sesuai dengan ukuran scallop yang dibumbu mentaiyaki dan fish roe ini berhasil membuat kita sampe repeat order.
Satu yang juga menjadi rekomendasi ialah Energy ramen. Soyu based ramen ini brothnya enak dengan potongan slice daging sapi yang segar, walau kami belum nangkap apa hubungannya mie ini dengan energi.
So, coming to conclusion… The service, hospitality and ambience certainly improved, but the kitchen has still got a lot to catch up, especially lokasi resto ini yang lokasinya boleh dibilang dekat sekali dengan kompetitor utama, Sushi Tei. Saran kami, penyusunan menu bisa lebih baik lagi atau malah beberapa menu yang kurang laku dihapus, karena terus terang variasi menu disini terlalu banyak dengan kualitas rasa yang tidak konsisten, beberapa makanan terasa enak namun disisi lain ada yang hambar dan sedikit mengecewakan dengan harga yang dibayar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar